.

Sabtu, 25 Januari 2014

Kalau Kamu Menikah Lagi, Saya Mati atau Kamu Mati!

بسم الله الرحمن الرحيم




Berikut ini adalah beberapa intisari dari taklim Siroh Shohabiyah oleh Ust. Sunusi Daris:
Dari 'Aisyah -rodhiyallohu anha- bercerita, Rosululloh keluar di sisinya pada malam hari, maka Aisyah pun berkata “Kecemburuan pun muncul dalam diri saya.”
(Dalam riwayat lain nabi pergi ke kuburan baqi’ untuk mendoakan para sahabat yang berada di perkuburan baqi’)


Maka tak lama kemudian nabi datang dan melihat apa yang saya perbuat.
Maka nabi pun bertanya, “Ada apa denganmu, wahai Aisyah? Cemburu lagi?”
Maka Aisyah berkata, “Apakah ada yang semisal cemburu saya terhadap kamu?”
Maka nabi berkata, “Apakah telah datang lagi syaiton kamu?”
Maka Aisyah berkata, “Apakah betul bersama saya ada syaiton?”
Kata nabi, “Iya!”
Aisyah kembali bertanya, “Apakah syaiton bersama setiap manusia?”
Nabi menjawab, “Iya!”
Aisyah kembali bertanya, “Apakah bersamu juga ada syaiton?”
Nabi menjawab, “Iya. Tetapi Alloh membantu saya atasnya setan ini sungguh telah masuk Islam.”
(HR. Muslim)
***

Faedah:
1. Kecemburuan adalah tabiat dari wanita dan yang wajib dipahami oleh setiap suami bahwa kecemburuan itu dibangun di atas cinta dan kasih sayang. Bukan dibangun di atas persangkaan jelek.
Maka itu, dalam berumah tangga, suami harus perhatikan bahwa seorang wanita di sisinya, di hatinya, kalau digambarkan dalam gambar love: hanya suaminya.
Dia (istri) tidak mau kehilangan, karena memang cuma satu. Di benaknya hanya satu cabang. Dalam hatinya cuma suaminya saja.
Beda dengan laki-laki, pikirannya bercabang. Makanya itu seorang wanita dituntut untuk banyak berdandan dan berhias supaya mempersempit cabang yang banyak, yang ada pada suami. Karena asal suami itu bercabang, karena dari sisi syariat membolehkan untuk menambah.
Kalau istri tidak, cuma satu. Maka itu, kalau istri sudah punya suami, tidak mungkin ia cari suami lain.
Dan suami harus ingat, pahami betul, bahwa dalam hati istri kita: hanya suami.
Namun, kecemburuan itu ada 2, ada yang mahmudah (terpuji) dan mahmuzah (tercela).
Contoh: di HP seorang suami dari A-Z dari Z-A semua nomornya akhwat. Istri marah, istri cemburu. Ia mahmudah atau mazmumah? Mahmudah (terpuji). Maka suami harus hapus.
Seorang suami yang bersalaman dengan wanita lain yang bukan mahromnya, ini kecemburuan mahmudah (terpuji).
Beda yang kecemburuan mazmumah (berlebih-lebihan, tercela). Contohnya seorang istri berkata,
“Kalau saya meninggal, kamu jangan menikah seumur hidup!”
“Kalau kamu menikah lagi, saya bunuh diri!”
“Menikah maki’, terjadi pertumpahan darah di rumah ini. Saya mati atau kamu yang mati!”
Ini semua kecemburuan mazmumah (tercela).
2. Hendaknya seorang suami tidak melakukan sebab-sebab yang memunculkan kecemburuan pada istri.
3. Jika istri cemburu, maka hendaknya suami berlemah lembut, bertutur kata yang baik, menasehatinya, mengarahkannya.
4. Jangan sampai kecemburuan itu hadir dikarenakan andil syaiton.
Misalkan, “Adami istri barunya suamiku, terlambatki pulang!”
“Kenapa kamu tidak makan? Makan ko di istri kedua?”
Ini kecemburuan mazmumah.
Ingat! Syaiton dan tentaranya ingin menghancurkan rumah tangga, meretakkan rumah tangga. Sebab kapan bercerai, wanita terlantar, anak-anak terlantar, rumah tangga hancur.
5. Setiap istri harus memahami bahwa suami bukan malaikat. Suami juga harus memahami bahwa istri bukan bidadari. Saling memberi udzur dan saling memahami.

–Bontote’ne, 13 Rabiul Awal 1435 H

Dari Ummu Hanin Khoiriyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar